tag:blogger.com,1999:blog-36510431087856794642024-03-05T00:17:30.479-08:00Sketch, Story, and SerendipityAlvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-68268061490447397532013-03-23T06:53:00.003-07:002013-03-23T06:53:52.143-07:00:)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtwsJzec8ABbCUxvZI5F_AY2nAkODvvgBUD_e0JGAGt9PH3EojDK8s-AwYX0Ie9ny2JOmZAAdxnW_Sei9UAA72eQ0PWNMSe-3guP2uD8JKHWMMzZo7ypFXKa7SCE3qO7JJG2midbQVa1w/s1600/tumblr_mjjfxk0CWg1qegcl7o1_50011_11%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtwsJzec8ABbCUxvZI5F_AY2nAkODvvgBUD_e0JGAGt9PH3EojDK8s-AwYX0Ie9ny2JOmZAAdxnW_Sei9UAA72eQ0PWNMSe-3guP2uD8JKHWMMzZo7ypFXKa7SCE3qO7JJG2midbQVa1w/s320/tumblr_mjjfxk0CWg1qegcl7o1_50011_11%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg" width="222" /></a></div>
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45}" id="fbPhotoSnowliftCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><br />Happy birthday!<br /> Be great. Or awesome. Or both. Just like you usually do.<br /> And i hope you have a year of sunshine. And a little rain can remind you of us. And everything just turning out great.<br /> <br /> Love you,<br /> universe</span></span><br />Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-32388563571008393112012-09-26T10:19:00.001-07:002014-08-17T10:20:19.031-07:00Untuk orang asing<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyfwDqLWSjb9bj8Yz_KTXaHRLbzbn3D0pHZcWeyX6W7oBBzKm2U9GYOC054fP9sPpLAaAsRHJFR6s6dPGBBMWFbKa8_sqm5TcsNDO6NYBNLtUF2mTPc6qZtkV9pezZ7wKr_2RYzDrakAc/s1600/tumblr_luyuezGuRt1qdskieo1_500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyfwDqLWSjb9bj8Yz_KTXaHRLbzbn3D0pHZcWeyX6W7oBBzKm2U9GYOC054fP9sPpLAaAsRHJFR6s6dPGBBMWFbKa8_sqm5TcsNDO6NYBNLtUF2mTPc6qZtkV9pezZ7wKr_2RYzDrakAc/s320/tumblr_luyuezGuRt1qdskieo1_500.jpg" height="225" width="320" /></a></div>
<br />
Hai orang asing,<br />
Apa kabar? Tidak, kamu tidak mengenalku. Aku adalah orang yang tidak kau sadari keberadaannya, meski aku sering berlalu-lalang dalam dimensi masa lalumu.<br />
<br />
Tapi aku mengenalmu. Atau paling tidak, aku tahu detail-detail sederhana tentangmu. Aku bisa mengingat jelas caramu mengalihkan pandang ketika malu, bagaimana matamu menyipit saat tertawa, langkahmu saat bermain bola, dan tanda pangkat dua kali yang sering kau buat saat bercakap di dunia maya. <br />
<br />
Percaya tidak, detail-detail sederhana itulah yang membuat perasaanku tetap tumbuh sampai saat ini.<br />
<br />
Tidak, sudah kubilang kamu tidak mengenalku. Aku hanya orang asing dalam satu fase hidupmu.<br />
Tapi aku adalah orang asing yang menyukaimu, mengkhawatirkanmu, dan mendoakanmu dari jauh. Ah, apa kamu tahu? Saat temanmu bercerita kamu merasa kesepian, ingin rasanya aku menghampirimu dan berkata,”Jangan khawatir, kamu punya aku!” Atau saat kamu mengeluh, ingin kuketikkan kata-kata penyemangat. Juga saat kau terbangun tengah malam dan memainkan game-game facebook bodoh itu karena bosan, ingin aku menyapamu, menanyakan kabarmu, sarapanmu esok pagi, film favoritmu, kuliahmu, dan hal-hal lain tentangmu.<br />
<br />
Karena, hey, betapa menyenangkannya menjadi salah sedikit orang yang mengetahui beberapa kisah hidupmu.<br />
<br />
Dan, ya, aku berharap kau mengetahui sedikit tentangku. Sedikit saja. Seperti, yah, akulah orang yang mengamatimu setiap sore sepulang sekolah. Akulah orang yang menundukkan kepala setiap kau lewat di depanku. Akulah orang yang perlu mengumpulkan semua keberanian hanya untuk menyapamu dalam sosial media.<br />
Akulah orang yang selalu merindukanmu lima tahun ini, berharap bahwa aku lebih dari sekedar orang asing bagimu.<br />
<br />
Hey, orang asing.<br />
Tolong jangan bersedih. Tolong jangan merasa kesepian. Ingatlah bahwa di suatu tempat yang jauh, kau punya orang asing ini. Kamu tidak sendiri.<i> Bukankah aku selalu mencintaimu?</i><br />
<br />
<br />
<br />
<i>Untuk seseorang di suatu kota bernama Depok.</i>Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-91493284689474612182012-04-29T07:18:00.000-07:002012-04-29T07:55:57.072-07:00Surat yang (barangkali) akan aku keberikan padamu saat aku (hampir) mati nanti<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 1pt;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Adakah yang menyukaimu sekonyol aku
menyukaimu?</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Memandangi
diam-diam, mencuri dengar ,membuat bermacam skenario agar bisa berpapasan
denganmu di lorong-lorong kelas. Pergi ke ruang administrasi untuk mencari tahu
namamu. Buru-buru mengeluarkan motor supaya kita bisa keluar bersamaan dari
gerbang. Menghabiskan sore di teras belakang demi melihatmu bermain futsal.
Berdesak-desakan di koperasi sekolah agar bisa mengambil tempat sedekat mungkin
darimu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Adakah yang mengenangmu sedalam aku
mengenangmu?</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Aku
pertama kali melihatmu di bawah pohon depan sekolah kita. Tahun 2007. Terakhir
kali melihatmu saat expo universitas beberapa bulan setelah kita masuk kuliah.
Tahun 2010. Pertama mengingatmu setelah beberapa kali melewatimu saat kau
bermain ponsel di bawah pohon besar depan sekolah kita. Tahun 2007. Terakhir mengingatmu
saat aku menulis ini. Tahun 2012. Tiga tahun aku mengenali sosokmu, lima tahun
(dan sepertinya masih akan berlanjut beberapa tahun ke depan) aku mengingatmu.
Lupa? Tak pernah sekalipun. Saat aku berkunjung ke sekolah lama kita, aku
teringat kamu. Saat malam-malamku sepi, aku merindukan kamu. Saat berpapasan
dengan orang yang mirip kamu, aku berhenti sejenak dan mengamati. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Adakah yang memperhatikanmu sedetail aku
memperhatikanmu?</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Kadang,
di sela-sela pembicaraan kita, aku ingin berkata, “Dulu aku penggemarmu loh”,
tapi selalu ku tahan-tahan. Aku takut,
kau jengah lantas menjauh setelah aku mengatakan itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Tapi
aku memang selalu jadi penggemarmu. Aku bisa mengenali sosokmu dari jauh. Aku
hapal caramu berjalan, bagaimana caramu sesekali menunduk saat bertemu orang
baru, dan caramu bergerak nyaman diantara sahabat-sahabatmu. Aku hapal caramu
memegang tali tasmu yang kau sampirkan di bahu kirimu, caramu berlari saat
bermain futsal sepulang sekolah. Aku juga hapal bagaimana matamu menyipit saat
tertawa, raut wajahmu yang tekun saat membaca komik, bahkan saat kau diam-diam
berjalan sambil melompat-lompat saat sekolah masih sepi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Lihat
kan? Dulu aku benar-benar penggemarmu. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dan adakah yang bertahan untuk tidak
mencintaimu seperti caraku menahan diri?</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Saat
kita mengobrolkan banyak hal yang menyenangkan, aku selalu mencoba untuk tidak
terlalu bahagia. Mencoba untuk mengatur debarku. Mencoba untuk menenangkan
hatiku dan berkata, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">”Jangan dia,Vit. Jangan
jatuh cinta dengan dia.”</i> Ah, kamu terlalu berharga untuk aku cintai. Biarkan
aku menyukaimu saja, mengenangmu saja, memperhatikanmu saja, tanpa harus
mencintai. Karena cinta cenderung berubah menjadi hal yang menyebalkan. Cemburu,
posesif, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">patah hati</i>… Ah,
kamu tak perlu mengalami itu. Belum. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Jadi,
jika suatu saat kamu membaca surat ini, dan menyadari kalau aku sedang
bercerita tentang kamu, perpura-puralah untuk tidak tahu. Kamu tak perlu merubah
cara bicaramu menjadi lebih lambat dan bijaksana, atau lebih cepat dan riang. Tak
perlu membuat dirimu seperti aktivis kampus, atau atlet futsal, atau musisi
hebat. Bahkan, kamu tak perlu pula belajar untuk mencintaiku. Tak perlu menjadi
sesuatu yang bukan kamu. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Karena kamu tak perlu melakukan apapun untuk
jadi orang yang aku suka. </i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Anggap
saja aku adalah penggemarmu nomor satu. Jangan bersikap berbeda di depan gadis
yang menyukaimu ini. Aku tidak ingin membebanimu dengan perasaanku. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Aku hanya
berharap, kalau di lain waktu kamu temui aku di jejaring sosial yang sama,
dengan lampu hijau menyala, jangan ragu untuk menyapaku. Aku tidak menyapamu
lebih dulu bukan karena aku tak mau, tapi karena mungkin saat itu keberanianku
belum terkumpul cukup banyak. Jangan takut kehabisan obrolan! Toh, kita selalu
bisa menemukan topik-topik yang menyenangkan seperti malam-malam yang lalu. Atau
saat kita berdua tidak tahu harus berkata apa lagi, bicaralah tentang cuaca! Kalimat
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">‘Disini hujan,Vit. Semarang hujan nggak?’</i>
sudah bisa membuatku berbunga-bunga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
Barangkali,
nanti, saat takdir bermurah hati kepada kita, mempertemukan kita di siang yang
terik atau sore yang gerimis, aku akan mengumpulkan semua keberanianku, untuk menghampirimu,
menyapamu, lantas berkata:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
“Dulu
aku penggemarmu loh.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">…dan sampai sekarang pun masih.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-78720547534435988062011-03-25T10:41:00.001-07:002011-03-26T00:41:00.474-07:00“Mati itu rasanya seperti apa sih?”“Mati itu rasanya seperti apa sih?”<br />
<br />
Ve mengangkat bahu, merasa bosan menghadapi pertanyaan favorit Liam itu.<br />
<br />
”Sakit tidak ya? Kata orang sih, sewaktu sakaratul maut sakit sekali.”<br />
<br />
Ve hanya mengangguk-angguk. Matanya tak lepas dari PR Pengantar Probabilitas yang sedang disalinnya.<br />
<br />
”Menurutmu sakit tidak, Ve?”<br />
<br />
Ve menjawab dengan nada bosan, ”Sebentar ya, aku tanya Tuhan dulu, apa mati itu sakit atau tidak.”<br />
<br />
Liam tidak menanggapi candaan Ve. Matanya menerawang, pikirannya berkelana jauh. Mencoba menerka-nerka sesuatu yang jauh melampaui batas pemahamannya.<br />
<br />
“Kira-kira nanti kita akan mati dengan cara apa, ya?” kata Liam setelah hening beberapa saat.<br />
<br />
“Entahlah. Aku benci memikirkan mati.”<br />
<br />
”Kenapa? Bukannya kita semua pada akhirnya akan mati?”<br />
<br />
”Ya.”<br />
<br />
”Lalu kenapa kamu benci memikirkan mati?”<br />
<br />
”Tidak suka saja.”<br />
<br />
”Tahu tidak, probabilita manusia akan mati adalah satu. Penuh. Pasti terjadinya.”<br />
<br />
”Oh,tutup mulut,” Ve mendengus kesal. “Tahu tidak, tugas ini membunuhku.”<br />
<br />
Ve mengusap-usap matanya yang mengantuk. Harinya sudah menyebalkan tanpa perlu dicekoki Liam tentang topik mengenai kematian.<br />
<br />
”Aneh ya,” kata Liam. ”Sebagian besar orang tidak tahu mereka akan hidup sampai umur berapa. Tiba-tiba saja kematian mendatangi mereka; dalam tidur, kecelakaan, atau meninggal setelah bermain bola. Sebagian sudah tahu batasan umur mereka. Kau sakit keras, kau akan mati dua tahun lagi. Kau perokok, umurmu tak lebih dari empat puluh lima. Dan sebagian kecil lainnya justru menentukan kematian mereka sendiri. Orang-orang yang bunuh diri.”<br />
<br />
”Oke, Liam, shut up. Aku sangat-sangat-sangat benci topik ini. Kalau kamu −”<br />
<br />
”Apa kamu siap mati?”<br />
<br />
”Tidak ada orang yang siap mati. Dengar, bisa tidak kamu −”<br />
<br />
”Mungkin kamu takut dengan kematian.”<br />
<br />
Ve terdiam. Pensil kayunya digenggam erat, tangannya mulai basah oleh keringat. Muncul bayangan dia mati, tergeletak, dikubur dalam liang yang jauh lebih sempit daripada kamar mandinya. Menunggu waktu untuk diadili, ditimbang, dihakimi...<br />
<br />
”Ya, aku takut,” kata Ve lirih. <i>”Takut sekali.”</i>Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-2983887772407674422010-11-16T06:50:00.000-08:002010-11-16T06:50:23.176-08:00Aku selalu menjadi payungmu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBUukVEiID1hQdfukCbA_HS1jGNDxBfHcA_-ITTUzwHb29ZLBoayawROL-HE_WY28NP3XrwZyUW_2e_BmFpJW0OGH_vWGCGun8JdJ0Py98qstuTcJRb0E0Fiqf92neRXHWv4zgMT0oG9M/s1600/img013_%25C2%25B8%25C2%25B1%25C2%25B1%25C2%25BE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBUukVEiID1hQdfukCbA_HS1jGNDxBfHcA_-ITTUzwHb29ZLBoayawROL-HE_WY28NP3XrwZyUW_2e_BmFpJW0OGH_vWGCGun8JdJ0Py98qstuTcJRb0E0Fiqf92neRXHWv4zgMT0oG9M/s320/img013_%25C2%25B8%25C2%25B1%25C2%25B1%25C2%25BE.jpg" width="227" /></a></div><br />
<br />
Aku selalu menjadi payungmu<br />
Yang menepis air hujan agar hatimu tak menggigil kedinginan<br />
<br />
Aku selalu menjadi payungmu<br />
Yang bertarung dengan angin kencang agar air matamu tak tersibak<br />
<br />
Aku selalu menjadi payungmu<br />
Tapi rupa-rupanya kau lebih suka berlarian dalam kungkungan hujanAlvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-21943395165372732702010-10-26T03:47:00.000-07:002010-10-26T03:52:42.349-07:00Kamu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJxAmDSJ2Gnr7mQ42UXPmqZyePCgnSMveFICCaehr9kL6FDv_D9TV1qpxbm5tPcCLhsMFRmi6p80IzrtLbYIcSi_qp_xCcdZ9pBAZZlzJq3VTVjIHhykiGoDbioVG1ZSkGNUXyMDWLUKk/s1600/tumblr_l3soijaiZb1qzavr6o1_500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJxAmDSJ2Gnr7mQ42UXPmqZyePCgnSMveFICCaehr9kL6FDv_D9TV1qpxbm5tPcCLhsMFRmi6p80IzrtLbYIcSi_qp_xCcdZ9pBAZZlzJq3VTVjIHhykiGoDbioVG1ZSkGNUXyMDWLUKk/s400/tumblr_l3soijaiZb1qzavr6o1_500.jpg" width="265" /></a></div><br />
Kamu adalah satu-satunya buku yang kuhapal isinya dari awal sampai akhir. Dari daftar isi sampai daftar pustaka. Dari setiap kapital dan titik koma.<br />
<br />
Itu dulu<br />
<br />
Sebelum akhirnya aku sadar bahwa banyak halamanmu yang menghilang. Bahwa apa yang kubaca dan kurapal selama ini ternyata tak lebih dari sepertiga buku saja.<br />
<br />
Ternyata aku memang tidak tahu apa-apa tentangmu… :(Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-85746886839552392772010-09-18T08:21:00.000-07:002010-09-18T08:37:08.269-07:00Selalu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMNWClkYPrsEVmvXVSt9pZhDBiDle26xDQhvsUFnrnVqzufM-oLTfxuas9yJ0rm6sHTDAkDPxfLqTbYadZQq6v3YVG41cMGS0QVyY1-eKqoyEh3Aofu7yfrlody_lYtwW_0vMphXivsfE/s1600/shoots!_%C2%B8%C2%B1%C2%B1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMNWClkYPrsEVmvXVSt9pZhDBiDle26xDQhvsUFnrnVqzufM-oLTfxuas9yJ0rm6sHTDAkDPxfLqTbYadZQq6v3YVG41cMGS0QVyY1-eKqoyEh3Aofu7yfrlody_lYtwW_0vMphXivsfE/s400/shoots!_%C2%B8%C2%B1%C2%B1.jpg" width="331" /></a></div><br />
<br />
I always thought we can be bestfriend forever. Forever. Mpe tua, dan kita bawa cucu masing-masing. Tapi sepertinya kita semua sudah menyeberang ke arah yang berbeda-beda. Kalian sudah menemukan dunia masing-masing. Kamu dengan teman-teman cowokmu, kamu dengan pacarmu, kamu dengan kuliahmu yang super menyenangkan. Mungkin tinggal aku yang berdiri di tempat, tak beranjak sesentipun, memandang kalian yang pergi menjauh. Menatap punggung yang dulu kukenal.<br />
<br />
Ah, hidup memang memiliki banyak persimpangan. Dan kalian telah mengambil jalan kalian masing-masing. Mungkin aku juga harus begitu− aku ingin begitu. Tapi kaki ini tak mau beranjak, tak mau menjejak. Jadi biarkan saja aku disini, mengawasi apakah kalian bahagia atau tidak. Dan bila kalian tersesat, jangan khawatir. Mundurlah beberapa langkah, kembali ke awal persimpangan. Kalian akan selalu menemukan aku disana :)<br />
<br />
<i>*Kalian selalu menjadi sahabat terhebat yang pernah saya punya. Selalu</i>.Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-68128481499514408682010-09-06T23:21:00.000-07:002012-04-29T07:19:24.757-07:00Buat kamu, yang tak pernah tahu :)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijyiMJWL7YtXDMa0Bl7HuuErdvUY4MMmXom9ZNCaKiGqVpyRw5D36UnxsGuh07LMT5WdzygD4k8gUQ1OFe1lgWhlmXKzdgwpp-Hda7KDPhZ_E9qeIzr48SqKpRrm7N_dG6P25d-GFkb5o/s1600/13-emptyness.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijyiMJWL7YtXDMa0Bl7HuuErdvUY4MMmXom9ZNCaKiGqVpyRw5D36UnxsGuh07LMT5WdzygD4k8gUQ1OFe1lgWhlmXKzdgwpp-Hda7KDPhZ_E9qeIzr48SqKpRrm7N_dG6P25d-GFkb5o/s320/13-emptyness.jpg" /></a></div>
<br />
Apa kabarnya Jakarta? Panaskah? Atau mungkin lebih teduh daripada Semarang? Ramaikah? Atau justru membuatmu kesepian? Apakah kau sudah membuat teman, yang bisa membuatmu tertawa lepas seperti teman-temanmu dulu? Adakah yang menjagamu disana? Dan… adakah yang memperhatikanmu?<br />
<br />
Haha, aku yakin pasti ada. Entah kau sadar atau tidak, kau ini cukup populer :p<br />
<br />
Apakah di suatu lipatan hatimu, kau merindukan sekolah lama kita? Dengan pohon-pohon raksasa di tepiannya, tempat pertama kali aku melihatmu disana, sendiri menunggu? Dengan langit cerah yang selalu kita kutuk, karena berkas-berkas sinar matahari begitu leluasa membakar kulit? Atau dengan lapangan yang selalu penuh dengan genangan air sehabis hujan?<br />
<br />
Entahlah, aku rindu. Bahkan dengan ulangan fisika yang sukses membuatku menangis tanpa harapan. Juga dengan bel yang bersuara norak saat pergantian pelajaran. Dan dengan rolade yang mati-matian kuperebutkan dengan sepuluh gadis yang menjerit-jerit bising, tapi berhasil disambar orang karena aku lengah saat kudapati bayangmu disana, kepayahan membawa sepiring penuh nasi rames di antara jejalan manusia. <br />
<br />
Ya, dalam daftar ’Seribu hal yang aku rindukan dari Smaga’, kamu terletak di nomor satu. Kamu di lapangan belakang. Kamu dan motormu. Kamu saat pergantian pelajaran. Kamu ketika tertawa. Kamu, kamu,kamu. <br />
<br />
Orang bilang aku jatuh cinta kepadamu. Padahal kutahu pasti, aku tidak sedang jatuh cinta. Ah, perasaan yang sulit dijelaskan. Kamu hanya detil sederhana dalam hariku. Namun tanpa detil itu, hariku tak sempurna. Seolah indraku dibuat untuk mengenali eksistensimu. Mendeteksi tawamu, binar matamu, derap langkahmu. Aneh memang.<br />
<br />
Bukan cinta. Hanya euforia masa remaja. Mungkin terlalu banyak hormon endorphin.<br />
<br />
Dan tahukah kau, ditempat baruku ini, pohonnya indah-indah. Dengan daun rindang berwarna merah pekat, berbentuk hati. Tapi entahlah, aku lebih suka pohon yang dulu. Yang teduh dan suram, dengan kamu di bawahnya :)<br />
<br />
*semoga kamu baik-baik saja disana, karena keadaanku disini sedikit menyebalkan<br />
<br />
gambar dari <a href="http://duniadimataku.blogspot.com/2009_07_01_archive.html">sini</a>Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3651043108785679464.post-8051957951751193062010-08-29T01:40:00.000-07:002011-03-26T00:41:33.284-07:00Percakapan di Bawah Hujan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVfATJBxZYza7seduSUumztcyBbVctp_qnDHYLm-Htuz-4JWCD1rE9umMb5FJKnSvkV-fpwAiJsxr4km4u2gCDTJtSoeFqySAXVOvBCGZtNsmeLZaWyZmsKXAR0AG3zIX5thXw2V51phc/s1600/img004_%25C2%25B8%25C2%25B1%25C2%25B1jjj.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVfATJBxZYza7seduSUumztcyBbVctp_qnDHYLm-Htuz-4JWCD1rE9umMb5FJKnSvkV-fpwAiJsxr4km4u2gCDTJtSoeFqySAXVOvBCGZtNsmeLZaWyZmsKXAR0AG3zIX5thXw2V51phc/s320/img004_%25C2%25B8%25C2%25B1%25C2%25B1jjj.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
“Kenapa kamu suka sekali berdiri di bawah hujan?”<br />
<br />
”Eh...”<br />
<br />
”Nanti kamu kedinginan lho... Sini, aku bagi payungku...”<br />
<br />
” T-terimakasih...”<br />
<br />
”Ibuku selalu cerewet kalau aku hujan-hujanan. Bilang aku bisa pusing lah, flu lah... Padahal mana mungkin sih, butiran-butiran yang masih murni ini penyebab penyakit? Itu semua tergantung daya tahan tubuh kan? ”<br />
<br />
”Eh, i-iya..”<br />
<br />
”Dan dia selalu bersikukuh agar aku membawa payung setiap hujan. Menyebalkan sekali... Padahal kan, jauh lebih asyik bila kita berlarian di bawah hujan. Merasakan tetes-tetes air hujan menerpa wajah kita... Kau juga suka hujan kan?”<br />
<br />
”Iya...”<br />
<br />
”Hahaha, sudah aku tebak. Matamu bahagia bila hujan turun.”<br />
<br />
”Emm..”<br />
<br />
”Aku juga sukaaaa sekali dengan hujan. Bagaimana melihat tetesan hujan berlomba-lomba membasahi tanah, menimbulkan wewangian yang menyenangkan. Bagaimana irama hujan yang berkeretak menerpa atap-atap. Dan yang paling aku suka, bagaimana hujan menimbulkan perasaan tertentu.”<br />
<br />
”Perasaan seperti apa?”<br />
<br />
”Perasaan yang... entahlah. Aku tidak bisa menjelaskan. Rasanya seperti bahagia, tapi ada suatu bagian dalam hujan yang menimbulkan perasaan semacam sedih, kesepian − atau damai?? Sepertinya itu rindu, walau kadang aku tak tahu sedang merindukan apa. Apa kau paham maksudku?”<br />
<br />
”Aku paham...”<br />
<br />
”Itulah mengapa orang-orang selalu terinspirasi oleh hujan. Aku nggak ngerti deh, mengapa masih ada orang yang mengutuk hujan. Orang-orang seperti ibuku itu...”<br />
<br />
”Oh...”<br />
<br />
”Ah, maaf! Aku terlalu banyak bicara ya?? Kamu pasti terganggu olehku… Banyak orang yang bilang aku terlalu berisik, sampai− “<br />
<br />
“Aku sama sekali tidak merasa terganggu.”<br />
<br />
“Ah, kau baik sekali. Kebanyakan orang justru menganggapku menyebalkan, dan beberapa dari mereka malah sudah menyiapkan lakban ketika aku mulai bercerita,hahaha. Oh ya, ngomong-ngomong, apa yang paling kamu suka dari hujan?”<br />
<br />
“Kamu. Dan payung merahmu. Seperti saat ini…”Alvita Rdhttp://www.blogger.com/profile/02460555715372665018noreply@blogger.com5